Translate

Wednesday, December 15, 2010

Poems of Andreas Deda

“GOD IS VERB”


Waktu kesemestaan maha mulia
Dipekat kehampaan nan sunyi
Cahaya menyinari jagat
Membuat langit, bumi
Laut, daratan dan
cakrawala hadir
kemudian
dunia tercipta
alam terbentuk
jagat rapi tersusun
waktupun terbagi
dan angin bergerak
dipagi, siang dan malam
angin itu bergerak
laksana jiwa tanpa raga,
nan berhembus tenang melayang
dibentang kosong tanpa alas
lalu membisik cinta, dan
kasih nan agung
angin itu roh
yang menjelma bunyi
menjadi sabda diwujud nyata
untuk karya agung penciptaan
dengan menamai bahasa dalam alam pikir

dan
bahasa itu segalanya
yang bersembunyi dialam pikir
untuk membangun konsep manusia

tentang ekonomi, sosial, budaya dan
tekhnologi yang gagah perkasa
tetapi
hanya bahasa juga yang sanggup
menghancurkan seperti ”Babel”
dan bahasa pula mampu
mempersatukan bumi
lewat khotbah indah
diilhami roh
pada hari keturunan
bahasa itu hadire seperti lidah
dan menghinggapi setiap kita untuk berkata – kata
maka itu Amsal berkata;
”Jagalah lidahmu, dari situlah terpancar kehidupanmu”
Dan akupun berkata
”Jagalah bahasamu dari situlah terpancar identitasmu”
 ================================================

WORD IN THE BEGINNING

In the beginning was the Word
things were made by Word
and without Word
the world is nothing
Word hides himself
out in heart, and brain
and in ear and tongue
Word flying, flying with no
                      wings, but
just like winds appear in
    language of man
Word was there and is there
                            forever
Word come no one invited
and will goodbye by nobody
Word leaves one message
inside all language of the   world
        that is love”
love is the start and the end
of how Word made the world
like the star and the earth love
                              is there
just to say Word made the
               world to love
cause no love  no Word,
and no Word is no world
and no world will no life
means the end of man
                                humanity
 ================================================
PADA MULANYA ADALAH  KATA
 
Pada mulanya adalah Kata
Segala sesuatu terbentuk oleh kata
tanpa kata
dunia ini tak ada artinya
kata menyembunyikan dirinya
jauh dihati dan pikiran
juga di telinga dan lidah
kata terbang, terbang tanpa
       sayap, hanya bagai angin
yang muncul dalam bahasa manusia
kata telah ada sejak dulu
dan akan ada untuk selamanya
kata datang tak diundang dan kan pergi tanpa seorangpun tahu
kata meninggalkan satu pesan
       dalam bahasa manusia
yaitu “kasih”
kasih adalah awal dan akhir
seperti bintang dan bumi
kasih hadir disana untuk menyatakan
tentang bagaimana kata membentuk dunia
karena tanpa kasih tak ada kata
  dan tanpa kata tak ada dunia
     dan tak ada dunia
maka tak ada hidup
yang berarti akhir dari kemanusian manusia

 ================================================
 MANUSIA MEMELUK DUNIA, BAHASA MEMBUNGKUS NASIB
 
Padamu ada cinta
dan kehidupan
kau rubah binatang
menjadi manusia
kau kisahkan cakrawala
dalam alam pikirku
kau panggil bulan dan bintang
kau sebut nama mereka
dan kau tandainya
dalam langit insyafku

engkau membangun menara
dalam saraf pikir
kau runtuhkan paham
dan kau tegak’an peradaban
bongkar dan rusak
nilai manusia
ganti damai dan kajayaan
engkaulah segalanya

diatasmu aku berdiam
sembunyikan diriku tanpa sisa
walau angin berhembus
dan gelombang menerpa
diarasy dunia ini
kau berteduh pada kejadiannya

pandangi semua itu
aku ini hanya titik
dari alam yang meminjam nafasmu
untuk menunjukan jati diri

dan bumipun berkaca pada bayangmu
n’tuk mengungkapkan kepribadian

kau hadir sebelum aku
namun kau nyata bersamaku

engkau memimpin bersama raja raja
engkau berkhotbah bersama nabi
engkau berkata kata bersama politikus
engkau bersenandung dihati seniman
dan ketika pengemis meratapi kejamnya dunia
kaupun hadir diranah hati mereka

 tentangmu kitab suci berkata
’pada mulanya adalah ’kata’
dunia ini dibentuk oleh ’kata’
tanpa kata dan bahasa tak mungkin ada kehidupan
 ================================================ 
 BANGKIT, MASA DEPAN

 
Ketika hari berdebu disimpang barat
Akupun tenggelam dalam waktu
Hangatnya hari kuredam sejenak
Sambil menatap malam yang kian melekat

hanyut dalam kesepian jiwa
Kunyalakan obor cinta kasih

Pada sisi perapian yang merah menyela
Membakar nurani
Kuselimutkan diriku ini dalam lamunan

Cakrawala  pikir
Dibubung langit insyaf
Bak merpati putih terbang menghias hari indah anak negri

Pendidikan dinegri ini
hanyalah anak tanah berlari dalam kesunyian insaf
Tanpa ketulusan yang merdeka

Hati ini kubakar sendiri
Dan kunyalakan jiwanya
Dengan insyaf yang ingin
                      merdeka
dari dendam dan amarah

Hasrat yang membukit kujanjikan pada laut nan luas, dan gunung yang menjulang
Disertai doa pada langit

Satu pintaku
Biarlah kebodohan dan kemalasan hilang dari bumiku
Agar emas tidak berangkat kerumah
Paman Sam
Dan Minyak Bumi berlabuh di istana Elizabeth.
================================================ 
BINGKAILAH MERDEKAMU

 
Kupalingkan wajah seakan tak mau
             menatap
Kututup telinga seakan tak mau
             mendengar
Kualihkan perhatian pada ramainya
                bisingan
Kupejam mata ini untuk menyangkal semuanya

Dalam himpitan keramaian aku
                   menyepih
Dengan mata terpejam sambil
        membuka hati
Derai air sungai mamberamo  
         menyentuh kalbuku
Dan membawah jiwaku pada titik
            puncak jaya
 
Aku terbang hingga kelangit biru
Bercanda bersama Cenderawasih
Rerumputan hijau dipadang Merauke  mengundang hasratku
        untuk berbagi rasa

Gemuruh Otonomi khusus
      menghamparkan perahu perahu
      kusam
Bagai anak kampung bertelanjang
     kaki ditengah kota
Aku melangkah dalam kebingungan

Merdeka, Merdeka,
Demikian aku mendengarnya.
Dijalan jalan kota orang memekik kemerdekaan   


Aku bertanya pada sang penjaga
 Apa arti semua ini,
    "Papua merdeka dalam
     konteks otonomi khusus" jawabnya.

Really? What kind of Merdeka is it?
 
Dengan senyum sinis  seorang tua
        yang berjalan dibelakangku
        menjawab.
Ha, ha, ha, itu yang namanya orang
         Papua kena jerat bagai babi
         dikebunku.
Dengan hati yang bertanya aku
    mengejarnya,
Bapa, apa maksudnya.
Anak, tolong ajarkan semua saudaramu bahwa kemerdekaan kita bukan diberikan oleh seorang gubernur, tetapi kita sendiri yang harus memulainya.
Kututup semua tanya dan kusimak semua pesannya
sambil berjalan denga hati yang terbeban.

Papua, Disini aku menangis dalam tidur yang nikmat
dan tertawa dalam kegembiraan
                          yang semu
hanya karna 'kapan anak -anakmu merdeka' dari kebodohan.
================================================  

No comments:

Post a Comment

Please leave your comment and follow this blog if you like this posting....